Maafkan aku



Tema:Persaudaraan 
Maafkan Aku
            Dia adalah bagian dari hidupku,darahku,jantungku.Ya...dia adalah saudaraku,lebih tepatnya dia adikku.Dia adalah satu-satunya adikku yang selalu menghiasi hari-hariku dengan  senyumannya,tawa,dan candaannya.Adik yang selalu memberiku semangat, seseorang yang selalu menghapus air mataku jika aku menangis,dan dia sebagai tempat curhatku.
               Hari Rabu siang,sehabis pulang sekolah,seperti biasa,aku aku langsung menuju ke meja makan untuk mengambil sebuah toples yang berisi kripik singkong dan membawanya ke ruang keluarga.
               “Loh kak,kok langsung makan?Kan ganti baju dulu sama cuci tangan...nanti sakit loh..”Ujar adikku sambil duduk disofa.
               “Tapi tanganku sudah bersih”Ujarku.
               “Kak,kakak seharusnya bersyukur sudah kuingatkan...”Ujarnya dan mulai berbisik “Daripada mama yang mengingatkan kakak...”
               Klek!
               “Waduh...bahaya...mama...”Ujarku panik sambil menaruh toples berisi kripik singkok diatas meja
               “Wah sudah ada Lisa dan Lily ya?Loh kok sudah duduk disofa,disitu juga sudah ada kripik singkong?”Tanya mamaku curiga,kulihat sepertinya ia akan mengeluarkan emosinya.Maklum,aku sudah diingatkan berkali-kali oleh mama agar segera berganti baju dan cuci tangan,tapi aku tidak menurut.
               “A,anu ma...tadi...”
               “Tadi kakak ngambil toples kripik singkong buat nanti biar kakak habis ganti baju langsung makan...”Ujar adikku sambil mengedipkan sebelah matanya kearah aku.
               “Ok...nah sekarang ganti baju dulu ya...”Ujar mamaku yang emosinya mulai meredup.
               Aku dan Lily hanya mangangguk dan langsung kekamarku dan Lily dilantai atas.
               “Dek,makasih ya...sudah bantuin aku...”Ujarku sambil menutup pintu kamarku.
               “Hahaha...gak usah terima kasih kak Lisa...itu sudah menjadi tugasku sebagai seorang adik...”Ujarnya sambil tersenyum tulus.Senyuman tulusnya terlihat lagi membuat aku selalu bersemangat untuk mencubitnya.
               Esoknya merupakan hari yang besarku,lebih tepatnya yang ke-2,yaitu upacara pelepasan bagi siswa yang mengikuti lomba di Solo.Aku sudah berada diposisiku sesuai yang diatur oleh guruku.Dari kejauhan,kulihat adikku,Lily,melambaikan tangannya kearahku.Kubalas lambaiannya dangan lambaianku.Akhirnya aku dan teman-temanku yang ikut lomba dipinta untuk maju ke tengah lapangan sekolah.Aku tidak tahu untuk apa aku dan teman-temanku dipinta untuk maju ke tengah lapangan yang dikelilingi oleh sekian ratus siswa yang membuat tubuhku bergemetar,mungkin sekedar memanggil siswa-siswa yang ikut lomba dan mengucapkan ‘Selamat dan sukses’ atau memberikan jaket dari sekolah dan pin,entahlah...Saat aku berada ditengaah-tengah seluruh murid disekolahku,Aku melihat Lily menggoyangg-goyangkan mulutnya kearahku,mungkin dia berusaha mengucapkan ‘Semangat kak’.Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.Setelah selesai upacara,Lily langsung menghampiriku.
               “Hai kak rompi sama topi dari sekolah keren kak...”Ujar Lily sambil tersenyum.
               “Hahaha...makasih dek...”Ujarku.
               “Kak boleh kupinjam topinya?”Tanya Lily yang terlihat malu-malu.
               “Ya ampun...ya boleh lah,inikan topiku dan topimu dek...”Ujarku.
               “Hahaha...makasih kak...”Ujar adikku sambil mengambil topi yang ada yamg ada dikepalaku dan memakainya,kemudian dia mulai menghela napas ”Kak...aku ingin sepertimu,pintar...jadi bisa ikut lomba-lomba...”
               “Ya ampun dek...kamu itu pintar...cuman sekarang kamu belum ditunjuk untuk mewakili sekolah...kakak yakin,cepat atau lambat kamu akan ikut lomba...”Ujarku.
               “Semoga...jika Allah berkehendak...”
               “Maksudmu dek?”
               “hahaha lupakan saja kak...sampai jumpa...oya,ini topinya makasih ya...”Ujar Lily sambil mengembalikan topiku.
               Aku hanya memandangnya dengan raut muka kebingungan.Maksudnya apa?pertayaan itu selalu muncul dikepalaku,sampai...pulang sekolah.Sesampai dirumah,niatku untuk menanyakan maksudnya mengatakan ‘Jika Allah berkehendak’ tidak jadi,karena dia memintaku untuk untuk menjelaskan proses pernapasan,mau tidak mau aku harus menjelaskan karena dia memohon dengan tatapan andalannya.
               Malamnya,adikku sakit,entah apa penyebabnya tiba-tiba saja perutnya mengembung seperti orang yang kembung.Aku dan mamaku sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Lily,apalagi papa belum pulang kerja karena meminta surat ijin untuk pergi ke Solo sekaligus mengantarku kesana.
               “Aku baik-baik saja...”Hanya itu yang dikatakannya saat kami bertanya apakah dia baik-baik saja.Karena keadaan Lily semakin parah,akhirnya mamaku membawanya ke dokter terdekat,sementara aku hanya dirumah untuk menjaga rumah.Sepi.Hening.Akhirnya terdengar suara mobil.Ternyata mama.Mama langsung membawa Lily ke kamar ortu kami.
               “Ma...bagaimana mama menceritakan pertama kali mama bertemu dengan papa,mungkin dengan cara itu Lily akan membaik...”Ujarku sambil mengedipkan sebelah mataku kearah Lily.Lily langsung tersenyum dan mengangguk semangat.
               “Baiklah...Jadi sewaktu...”
               Esoknya,Lily mulai membaik,aku,Lily dan ortuku langsung berangkat menuju stasiun kereta api.
               Sesampai di Solo,aku dan rombongan sekolah langsung ke hotel.Sorenya,kondisi Lily,adikku,semakin parah dan akhirnya harus dibawa kerumah sakit.
               “Dek...kamu cepet sembuh ya...”Ujarku sambil menahan air mata.
               “Kak Lisa jangan sedih dong...saat ini kakak harus jadi penyemangatku,jadi jangan sedih...”Ujarnya.Lalu kupeluk dia dan dia berbisik “Kakak harus tegar...”
               Lalu kulepas pelukanku.Kulihat Lily sedang berusaha mengambil tas gendong yang selalu ia bawa.Melihat hal itu,papa langsung mengambil tas gendong Lily,sementara mama sudah tidak berdaya karena melihat sakitnya penderitaan Lily.Saat papa memberinya tas gendongnya,Lily hanya tersenyum tulus lalu dia mengeluarkan sesuatu.
               “Kak liontin ini untuk kakak,sudah lama aku menyimpannya,sudah saatnya aku memberikan liontin ini kepada kakak...”Ujarnya sambil membuka liontin tersebut.Ternyata liontin tersebut ada isinya.Lalu dia memberikan kepadaku.
               “Kakak masih ingat kan foto ini?”Tanyanya.
               “Tentu saja aku ingat,foto ini sewaktu kita ada di paris,tempat kelahiran mama...Bulan Desember lalu”Ujarku sampai mengusap air mataku.Lily hanya mengangguk
               “Jika kakak kangen sama aku,kakak bisa melihatku lewat foto ini...jadi,pakailah...”Ujarnya.Lalu kupakai liontin pemberiannya.Setelah itu kucium keningnya
               “Berusahalah untuk sembuh Lil...”
               “Akan kuusahakan kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.
               Jam 18.00.Papaku menitipkan aku kepada guru pendampingku,Ms.Eryca,karena papa dan mama harus mengantar Lily ke rumah sakit.Saat magrib tiba aku dan teman-temanku shalat magrib berjamah.setelah selesai shalat,aku memohon kepada Allah agar Lily diberikan kesembuhan.
               Jam 18.30.Deg!Tiba-tiba perasaanku tidak enak.Karena tidak kuat aku langsung duduk sambil memegang dada sebelah kiriku.Lily...ada apa denganmu?
               Selamat tinggal kak...
               Lily?”Bisikku.
               Tiba-tiba Ms.Eryca masuk tengan tatapan sedih.Lalu ia menghampiriku dan memegang tanganku.
               “Lisa sayang...besok kamu tidak bisa ikut lomba...karena...karena...”Ms.Eryca terhenti karena menangis.
               “Kenapa Ms.Eryca?”tanyaku khawatir.
               “Karena adikmu,Lily dia sudah...sudah...dipanggil oleh...Allah...”Ujar Ms.Eryca sambil menangis
               Sontak aku kaget sambil mengucapkan ‘innalilahi wainnailaihi roji’un’ .Tangisanku langsung pecah karena tidak dapat kutanggul.Ms.Eryca langsung memelukku seraya berkata ‘Kamu harus tegar!Lily sudah bahagia disana...’.Disela pelukan Ms.Eryca,aku memegang liontin pemberiannya.
               Jadi ini maksudnya? ‘jika Allah berkehendak’?Maksud dari ‘sudah saatnya aku memberikan liontin ini kepada kakak’?Dan ini jawaban mengapa aku dan Lily akhir-akhir ini jarang untuk berdebat? Malam ini aku merasa semua pertanyaanku terjawab sudah.Tidak ada jawaban darinya.Hanya sebuah kejadian yang membuat separu jiwaku melayang,sudah menjadi jawaban atas semua pertanyaan yang ada diisi hatiku.
               “Ms.Eryca,aku ingin kerumah sakit yang merawat Lily,sekarang...”Ujarku dengan suara lemah karena menangis.
               “Tapi nak...”
               “Kumohon...”
               Ms.Eryca hanya mengangguk dan mengantarku kesana.
               Sesampai disana,aku melihat mama menangis tersedu-sedu dengan dikelilingi oleh banyak orang,aku langsung memeluknya.
               “Lisa...Lily be-belum meninggal,di-dia masih o-pe-ra-si...”Ujar mama tersedu-sedu.
               “Aku tahu mama...tapi mama harus minum dulu...”Ujarku dengan nada yang lembut.
               “Tapi mama mau Lily dulu yang minum...”
               “Iya,tapi mama dulu,nanti akan kuberi,itu adalah janjiku...”
               Akhirnya,mama menerima tawaran dariku.Setelah beberapa menit,jasad Lily dikeluarkan dari ruang ICU.Hanya kain putih yang menutupinya.
               Jam 23.00,Lily dibawa ke Semarang,karena Lily akan dimakamkan disana,tempat kelahiran papa.Kulihat mama digotong oleh 6 orang karena pingsan untuk dibawa ke dalam mobil.
               Jam 10.00,Lily dimakamkan.Aku hanya bisa mengucapkan ‘Selamat tinggal’ kepadanya samabil meneteskan air mata.
               “Lily,itukah kamu?”
               “Ya kak,ini aku...”Ujarnya sambil tersenyum lembut.
               “Lily...kenapa kamu meninggalkanku?Aku masih menyayangimu Lil...”Ujarku sambil menangis.
               “Maafkan aku kak...aku tidak bisa berbuat apa-apa...Ini sudah menjadi garis hidupku kak...Ini sudah diatur oleh Allah...”
               “Lily...A-aku..tidak bisa hidup tanpamu...”Ujarku sambil menangis tersedu-sedu.Lalu Lily mengambil satu langkah kemudian ia memegang pipi sebelah kananku dengan tangan kanannya.
               “Kakak pasti bisa...Kakak itu tidak hidup tanpaku...melainkan kakak hidup denganku kak...Aku selalu berada di hatimu kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.”Kakak harus tegar...”
               “Lil...Maafkan aku...jika aku ada salah...”Ujarku sambil menangis.
               “Kesalahan kakak sudah kumaafkan sejak dulu kak...”Ujarnya.”Aku harus pergi sekarang...”
               Aku langsung memeluknya.
               “Aku akan merindukanmu Lil...”Ujarku,isak tangisku mulai mengeras.
               “Aku tahu kak...aku akan merindukanmu juga kak Lis...”Tiba-tiba sebuah sinar yang sangat menyilaukan muncul.”Kakak harus tegar...”
               Semakin lama,sinar tersebut bertambah besar membuatku tidak dapat melihat Lily.
               Sinar pagi mulai menerpa wajahku.Aku langsung terbangun.Sangat jelas mimpiku semalam diingatanku.Aku hanya tersenyum saat mengingat kembali mimpi tersebut.Kubuka liontin tersebut.Terdapat fotoku dan Lily saat didepan ‘Eiffel Tower’ bulan Desember lalu.
               Dia sudah memaafkanku...Sekali lagi Lil...Maafkan aku...

By:Nabilla Nuraqiila Ershanti. 7A/18

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Popular Posts