GARA-GARA RAUTA


     Hai perkenalkan namaku Zara. Aku mempunyai adik namanya Zira. Kadang – kadang kami saling akur, tapi kadang kami juga bertengkar. Saat ini aku duduk dibangku kelas 7 SMP sedangkan adikku duduk di bangku kelas 2 di SD.
***
     Hari ini adalah hari Jum’at, aku hari ini pulang jam 16.50 WIB dan sampai di rumah jam 17.05 WIB setelah  sampai di rumah aku langsung mandi. Karena 3 hari lagi aku akan menghadapi UTS jadi setelah sholat maghrib aku menyiapkan beberapa alat tulis. Aku sudah menyiapkan 2 buah pensil 2b dan penghapus, tapi ada satu yang dari tadi aku cari-cari yaitu rautan. Aku sudah mencarinya di tempat pensilku dan di meja belajarku. Sampai bingung sendiri.
“Duh.. rautannya dimana sih? Masa di meja belajar sama di tempat pensil nggak ada?” gerutuku.
     Akhirnya setelah lama mencari dan tidak ketemu aku menanyakannya kepada adikkku.
“Zira kamu tau rautanku dimana?”
“Ya tau lah...” kata adikku.
“Dimana?”tanyaku.
“Hehe aku ambil, soalnya aku lagi butuh.”
“Ya udah sekarang mana, aku juga lagi butuh sekarang.”
“Ngga mau ah, nanti kalo udah waktunya aja.”
“Nanti itu kapan?”
“Hari Senin” kata Zira sambil berjalan ke kamarnya.
“Iiih..nyebelin banget sih”gerutuku dengan nada marah
     Aku pun meletakkan alat tulis yang sudah aku siapkan ke tempat pensil khusus. Setelah itu aku belajar dan mengerjakan pr untuk besok.
      Paginya aku tidak bicara sama sekali dengan Zira, karena memang aku masih sebel sama Zira. Hari Sabtu Zira tidak masuk karena memang dia libur. Aku seneng banget kalau adikku nggak masuk, jadi ibuku hanya mengantarku seorang dan motornya jadi longgar karena Zira tidak berangkat.
     Sesampainya di sekolah aku langsung masuk ke ruang matematika. Hari ini aku pulangnya cepet karena hari ini hanya ada 2 mata pelajaran pulang jam 10.50 WIB. Tapi tetep aja aku sampai rumah jam 14.00 WIB.
 “Minggu ini cerah banget ya...”kataku pada diriku sendiri
     Hari ini aku masih tetep aja masih diem-dieman sama Zira. Tapi pagi ini setelah sarapan aku beranikan diri untuk minta dibelikan rautan lagi kepada ibuku.
“Bu, beliin rautan dong.”
“Lha emang rautanmu dimana?”
“Diambil Zira.”
“Ya udah diminta lagi aja.”
“Udah, tapi Zira mau ngasihnya hari senin besok.”
“Ya udah to..”
“Tapi aku sekarang mau ngeraut.”
“Ya kan besok bisa.”
“Ya udah deh.”
     Sampai malem ini Zira belum ngasih rautan juga. Padahal besok aku sudah mulai UTS.
    Pagi ini aku berangkat sekolah dengan peralatan yang belum lengkap sepenuhnya. Akhirnya aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Karena rencananya aku mau pinjem rautan temenku.
     Sesampainya di sekolah aku langsung menghampiri temanku yang mernama Martha untuk meminjam rautan.
“Tha aku pinjem rautan dong.”
“Lha emang mau buat apa?”
“Ya ngeraut pensil lah....”
“Ohh.. nih...”
“Ok makasih ya.”
     Setelah meraut pensil aku masuk ke ruangan 102 dan meletakkan tasku di meja. Hari ini UTS pertamanya adalah Bahasa Indonesia. Sedangkan setelah istirahat PAI. Disela-sela istirahat aku menyempatkan belajar untuk mapel UTS selanjutnya.
     Sesampainya di rumah...
“Zira mana rautanku, tadi aku sampe cepet-cepet minjem rautannya temenku tau...”
“Iya nanti.”
“Kamu tu nanti nanti terus, kapan ngasihnya?”
     Tiba tiba ibuku melerai
“Udah udah, Zira segera kasihkan rautannya, lagian kamu ngga lagi UTS.”
“Kamu tu....huuuh...” gerutuku.
“Nih Zira kamu dikasih Om rautan, lebih bagus kan?. Sekarang rautannya kakak kembaliin dulu...”
“Akhirnya kamu ngembaliin juga.”
“Nih Zira. Udah ngga usah rebutan lagi kan udah pada punya sendiri-sendiri. Sekarang pada baikan dong.”
     Kami pun baikan lagi.
“Kak maaf ya.”
“Ya.”
“Nah gitu dong.”
     Kami bertiga pun berpelukan tanda kami sudah selesai berengkarnya.
     

Maafkan aku



Tema:Persaudaraan 
Maafkan Aku
            Dia adalah bagian dari hidupku,darahku,jantungku.Ya...dia adalah saudaraku,lebih tepatnya dia adikku.Dia adalah satu-satunya adikku yang selalu menghiasi hari-hariku dengan  senyumannya,tawa,dan candaannya.Adik yang selalu memberiku semangat, seseorang yang selalu menghapus air mataku jika aku menangis,dan dia sebagai tempat curhatku.
               Hari Rabu siang,sehabis pulang sekolah,seperti biasa,aku aku langsung menuju ke meja makan untuk mengambil sebuah toples yang berisi kripik singkong dan membawanya ke ruang keluarga.
               “Loh kak,kok langsung makan?Kan ganti baju dulu sama cuci tangan...nanti sakit loh..”Ujar adikku sambil duduk disofa.
               “Tapi tanganku sudah bersih”Ujarku.
               “Kak,kakak seharusnya bersyukur sudah kuingatkan...”Ujarnya dan mulai berbisik “Daripada mama yang mengingatkan kakak...”
               Klek!
               “Waduh...bahaya...mama...”Ujarku panik sambil menaruh toples berisi kripik singkok diatas meja
               “Wah sudah ada Lisa dan Lily ya?Loh kok sudah duduk disofa,disitu juga sudah ada kripik singkong?”Tanya mamaku curiga,kulihat sepertinya ia akan mengeluarkan emosinya.Maklum,aku sudah diingatkan berkali-kali oleh mama agar segera berganti baju dan cuci tangan,tapi aku tidak menurut.
               “A,anu ma...tadi...”
               “Tadi kakak ngambil toples kripik singkong buat nanti biar kakak habis ganti baju langsung makan...”Ujar adikku sambil mengedipkan sebelah matanya kearah aku.
               “Ok...nah sekarang ganti baju dulu ya...”Ujar mamaku yang emosinya mulai meredup.
               Aku dan Lily hanya mangangguk dan langsung kekamarku dan Lily dilantai atas.
               “Dek,makasih ya...sudah bantuin aku...”Ujarku sambil menutup pintu kamarku.
               “Hahaha...gak usah terima kasih kak Lisa...itu sudah menjadi tugasku sebagai seorang adik...”Ujarnya sambil tersenyum tulus.Senyuman tulusnya terlihat lagi membuat aku selalu bersemangat untuk mencubitnya.
               Esoknya merupakan hari yang besarku,lebih tepatnya yang ke-2,yaitu upacara pelepasan bagi siswa yang mengikuti lomba di Solo.Aku sudah berada diposisiku sesuai yang diatur oleh guruku.Dari kejauhan,kulihat adikku,Lily,melambaikan tangannya kearahku.Kubalas lambaiannya dangan lambaianku.Akhirnya aku dan teman-temanku yang ikut lomba dipinta untuk maju ke tengah lapangan sekolah.Aku tidak tahu untuk apa aku dan teman-temanku dipinta untuk maju ke tengah lapangan yang dikelilingi oleh sekian ratus siswa yang membuat tubuhku bergemetar,mungkin sekedar memanggil siswa-siswa yang ikut lomba dan mengucapkan ‘Selamat dan sukses’ atau memberikan jaket dari sekolah dan pin,entahlah...Saat aku berada ditengaah-tengah seluruh murid disekolahku,Aku melihat Lily menggoyangg-goyangkan mulutnya kearahku,mungkin dia berusaha mengucapkan ‘Semangat kak’.Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.Setelah selesai upacara,Lily langsung menghampiriku.
               “Hai kak rompi sama topi dari sekolah keren kak...”Ujar Lily sambil tersenyum.
               “Hahaha...makasih dek...”Ujarku.
               “Kak boleh kupinjam topinya?”Tanya Lily yang terlihat malu-malu.
               “Ya ampun...ya boleh lah,inikan topiku dan topimu dek...”Ujarku.
               “Hahaha...makasih kak...”Ujar adikku sambil mengambil topi yang ada yamg ada dikepalaku dan memakainya,kemudian dia mulai menghela napas ”Kak...aku ingin sepertimu,pintar...jadi bisa ikut lomba-lomba...”
               “Ya ampun dek...kamu itu pintar...cuman sekarang kamu belum ditunjuk untuk mewakili sekolah...kakak yakin,cepat atau lambat kamu akan ikut lomba...”Ujarku.
               “Semoga...jika Allah berkehendak...”
               “Maksudmu dek?”
               “hahaha lupakan saja kak...sampai jumpa...oya,ini topinya makasih ya...”Ujar Lily sambil mengembalikan topiku.
               Aku hanya memandangnya dengan raut muka kebingungan.Maksudnya apa?pertayaan itu selalu muncul dikepalaku,sampai...pulang sekolah.Sesampai dirumah,niatku untuk menanyakan maksudnya mengatakan ‘Jika Allah berkehendak’ tidak jadi,karena dia memintaku untuk untuk menjelaskan proses pernapasan,mau tidak mau aku harus menjelaskan karena dia memohon dengan tatapan andalannya.
               Malamnya,adikku sakit,entah apa penyebabnya tiba-tiba saja perutnya mengembung seperti orang yang kembung.Aku dan mamaku sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Lily,apalagi papa belum pulang kerja karena meminta surat ijin untuk pergi ke Solo sekaligus mengantarku kesana.
               “Aku baik-baik saja...”Hanya itu yang dikatakannya saat kami bertanya apakah dia baik-baik saja.Karena keadaan Lily semakin parah,akhirnya mamaku membawanya ke dokter terdekat,sementara aku hanya dirumah untuk menjaga rumah.Sepi.Hening.Akhirnya terdengar suara mobil.Ternyata mama.Mama langsung membawa Lily ke kamar ortu kami.
               “Ma...bagaimana mama menceritakan pertama kali mama bertemu dengan papa,mungkin dengan cara itu Lily akan membaik...”Ujarku sambil mengedipkan sebelah mataku kearah Lily.Lily langsung tersenyum dan mengangguk semangat.
               “Baiklah...Jadi sewaktu...”
               Esoknya,Lily mulai membaik,aku,Lily dan ortuku langsung berangkat menuju stasiun kereta api.
               Sesampai di Solo,aku dan rombongan sekolah langsung ke hotel.Sorenya,kondisi Lily,adikku,semakin parah dan akhirnya harus dibawa kerumah sakit.
               “Dek...kamu cepet sembuh ya...”Ujarku sambil menahan air mata.
               “Kak Lisa jangan sedih dong...saat ini kakak harus jadi penyemangatku,jadi jangan sedih...”Ujarnya.Lalu kupeluk dia dan dia berbisik “Kakak harus tegar...”
               Lalu kulepas pelukanku.Kulihat Lily sedang berusaha mengambil tas gendong yang selalu ia bawa.Melihat hal itu,papa langsung mengambil tas gendong Lily,sementara mama sudah tidak berdaya karena melihat sakitnya penderitaan Lily.Saat papa memberinya tas gendongnya,Lily hanya tersenyum tulus lalu dia mengeluarkan sesuatu.
               “Kak liontin ini untuk kakak,sudah lama aku menyimpannya,sudah saatnya aku memberikan liontin ini kepada kakak...”Ujarnya sambil membuka liontin tersebut.Ternyata liontin tersebut ada isinya.Lalu dia memberikan kepadaku.
               “Kakak masih ingat kan foto ini?”Tanyanya.
               “Tentu saja aku ingat,foto ini sewaktu kita ada di paris,tempat kelahiran mama...Bulan Desember lalu”Ujarku sampai mengusap air mataku.Lily hanya mengangguk
               “Jika kakak kangen sama aku,kakak bisa melihatku lewat foto ini...jadi,pakailah...”Ujarnya.Lalu kupakai liontin pemberiannya.Setelah itu kucium keningnya
               “Berusahalah untuk sembuh Lil...”
               “Akan kuusahakan kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.
               Jam 18.00.Papaku menitipkan aku kepada guru pendampingku,Ms.Eryca,karena papa dan mama harus mengantar Lily ke rumah sakit.Saat magrib tiba aku dan teman-temanku shalat magrib berjamah.setelah selesai shalat,aku memohon kepada Allah agar Lily diberikan kesembuhan.
               Jam 18.30.Deg!Tiba-tiba perasaanku tidak enak.Karena tidak kuat aku langsung duduk sambil memegang dada sebelah kiriku.Lily...ada apa denganmu?
               Selamat tinggal kak...
               Lily?”Bisikku.
               Tiba-tiba Ms.Eryca masuk tengan tatapan sedih.Lalu ia menghampiriku dan memegang tanganku.
               “Lisa sayang...besok kamu tidak bisa ikut lomba...karena...karena...”Ms.Eryca terhenti karena menangis.
               “Kenapa Ms.Eryca?”tanyaku khawatir.
               “Karena adikmu,Lily dia sudah...sudah...dipanggil oleh...Allah...”Ujar Ms.Eryca sambil menangis
               Sontak aku kaget sambil mengucapkan ‘innalilahi wainnailaihi roji’un’ .Tangisanku langsung pecah karena tidak dapat kutanggul.Ms.Eryca langsung memelukku seraya berkata ‘Kamu harus tegar!Lily sudah bahagia disana...’.Disela pelukan Ms.Eryca,aku memegang liontin pemberiannya.
               Jadi ini maksudnya? ‘jika Allah berkehendak’?Maksud dari ‘sudah saatnya aku memberikan liontin ini kepada kakak’?Dan ini jawaban mengapa aku dan Lily akhir-akhir ini jarang untuk berdebat? Malam ini aku merasa semua pertanyaanku terjawab sudah.Tidak ada jawaban darinya.Hanya sebuah kejadian yang membuat separu jiwaku melayang,sudah menjadi jawaban atas semua pertanyaan yang ada diisi hatiku.
               “Ms.Eryca,aku ingin kerumah sakit yang merawat Lily,sekarang...”Ujarku dengan suara lemah karena menangis.
               “Tapi nak...”
               “Kumohon...”
               Ms.Eryca hanya mengangguk dan mengantarku kesana.
               Sesampai disana,aku melihat mama menangis tersedu-sedu dengan dikelilingi oleh banyak orang,aku langsung memeluknya.
               “Lisa...Lily be-belum meninggal,di-dia masih o-pe-ra-si...”Ujar mama tersedu-sedu.
               “Aku tahu mama...tapi mama harus minum dulu...”Ujarku dengan nada yang lembut.
               “Tapi mama mau Lily dulu yang minum...”
               “Iya,tapi mama dulu,nanti akan kuberi,itu adalah janjiku...”
               Akhirnya,mama menerima tawaran dariku.Setelah beberapa menit,jasad Lily dikeluarkan dari ruang ICU.Hanya kain putih yang menutupinya.
               Jam 23.00,Lily dibawa ke Semarang,karena Lily akan dimakamkan disana,tempat kelahiran papa.Kulihat mama digotong oleh 6 orang karena pingsan untuk dibawa ke dalam mobil.
               Jam 10.00,Lily dimakamkan.Aku hanya bisa mengucapkan ‘Selamat tinggal’ kepadanya samabil meneteskan air mata.
               “Lily,itukah kamu?”
               “Ya kak,ini aku...”Ujarnya sambil tersenyum lembut.
               “Lily...kenapa kamu meninggalkanku?Aku masih menyayangimu Lil...”Ujarku sambil menangis.
               “Maafkan aku kak...aku tidak bisa berbuat apa-apa...Ini sudah menjadi garis hidupku kak...Ini sudah diatur oleh Allah...”
               “Lily...A-aku..tidak bisa hidup tanpamu...”Ujarku sambil menangis tersedu-sedu.Lalu Lily mengambil satu langkah kemudian ia memegang pipi sebelah kananku dengan tangan kanannya.
               “Kakak pasti bisa...Kakak itu tidak hidup tanpaku...melainkan kakak hidup denganku kak...Aku selalu berada di hatimu kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.”Kakak harus tegar...”
               “Lil...Maafkan aku...jika aku ada salah...”Ujarku sambil menangis.
               “Kesalahan kakak sudah kumaafkan sejak dulu kak...”Ujarnya.”Aku harus pergi sekarang...”
               Aku langsung memeluknya.
               “Aku akan merindukanmu Lil...”Ujarku,isak tangisku mulai mengeras.
               “Aku tahu kak...aku akan merindukanmu juga kak Lis...”Tiba-tiba sebuah sinar yang sangat menyilaukan muncul.”Kakak harus tegar...”
               Semakin lama,sinar tersebut bertambah besar membuatku tidak dapat melihat Lily.
               Sinar pagi mulai menerpa wajahku.Aku langsung terbangun.Sangat jelas mimpiku semalam diingatanku.Aku hanya tersenyum saat mengingat kembali mimpi tersebut.Kubuka liontin tersebut.Terdapat fotoku dan Lily saat didepan ‘Eiffel Tower’ bulan Desember lalu.
               Dia sudah memaafkanku...Sekali lagi Lil...Maafkan aku...

By:Nabilla Nuraqiila Ershanti. 7A/18

Bantulah Temanmu


Pelajaran olah raga hari ini begitu mengasyikan dan juga melelahkan. Anak-anak kelas disuruh untuk berlari sepanjang tiga kilometer keluar sekolah dan tiga kilometer menuju sekolah.
Tak terasa sudah setengah perjalanan. Sang guru mempersilakan murid-muridnya untuk beristirahat terlebih dahulu. Air minum sebagai bekal anak-anak kelas sudah hampir habis, kecuali Fisya  yang memiliki persediaan air lebih banyak daripada teman-temannya.
“Fisya, boleh minta air minummu, tidak? Aku haus sekali, air minumku habis.” Pinta Farah.
“Duh, aku juga jadi haus, nih.” Kata Fisya ysmg kemudian meminum air minumnya. Farah terdiam karena Fisya tidak memberi jawaban padanya.
“Fis, boleh minta air minummu, tidak?” Tanya Farah lagi.
“Tapi minumku tinggal sedikit, tidak papa?” Ucap Fisya.
“Tidak papa, aku hanya akan minta air sedikit.” Jawab Farah yang mulai tersenyum.
“Baiklah, tapi aku minum dulu sebentar.” Kata Fisya.
Fisya menganggukkan kepala dan menunggu gilirannya untuk minum. Senyumnya mengembang karena ia akan menghilangkan rasa haus yang ia rasakan saat perjalanan tadi.
“Gimana kalau kamu minta minum ke teman lain saja? Minumku sudah habis. Tadi aku haus sekali sehingga aku habiskan. Tidak papa ya?” Kata Fisya yang membuat Farah menghilangkan senyumnya dan meninggalkannya.
Walaupun tempat minumnya kecil, ternyata Zahra masih punya persediaan air minum yang cukup banyak karena ia hemat air. Mengetahui hal itu, teman-temannya, salah satunya Farah, mendatanginya untuk meminta minum. Karena terlalu banyak yang minta air minum, air minumnya habis dan ia tidak kebagian. Namun dia tetap tersenyum ikhlas dan mengiyakan permohonan maaf dari teman-temannya.
Sang guru menghentikan waktu istirahat para muridnya dan melanjutkan perjalanan.
Ketika mau sampai di sekolah, anak-anak dengan napas terengah-engah mengucapkan kalimat tahmid bersama. Zahra dan Fisya berlari sebelahan, dan merek terjatuh karena kelelahan pada waktu yang sama.
Anak-anak kelas langsung membantu Zahra untuk berdiri lagi dan mengantarkannya ke ruang UKS, sementara Fisya hanya dibantu oleh tiga orang yan belum mengetahui sifatnya.
Ruang UKS begitu penuh karena anak-anak kelas yang melingkari kasur yang Zahra gunakan untuk membaringkan diri.  Bahkan mereka tidak sadar bahwa Fisya juga terjatuh dan dibawa juga ke UKS, tapi yang membantu hanya tiga orang temannya.
Untuk mengurangi tingkat kepenuhan di ruang UKS, guru hanya membolehkan satu anak untuk menemani Zahra dan Fisya, dan yang ditunjuk adalah Farah.
Farah terdiam menatap Zahra yang sedang berbaring. Fisya merasa sepi karena ia tahu pasti Farah marah dengannya.
“Far, maafin aku, ya.” Ucap Fisya.
Farah diam saja dan hanya menatap Zahra.
“Far, maaf, ya.” Tegas Fisya.
“Ya.”
“Aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti tadi.” Janji Fisya untuk berubah.

Walaupun Fisya tidak memberi keterangan tentang alasan mengapa ia minta maaf, tapi Farah tetap memaafkan karena ia tentu tahu alasannya. Senyum tulus mengembang di bibir Farah yang kemudian dibalas oleh Fisya. Zahra yang mendengarkan percakapan mereka menjadi tersenyum sambil memejamkan mata. 

Karya: Nabila Rahmananda Komara 7A/16

Cerita masalalu ku

Sering kali aku mendengar pertengkaran kedua orangtuaku. Setiap aku pulang berangkat sekolah, selalu dikelilingi dengan kekicauan mereka. Dan itu membuat sekolahku hancur, rasa tidak semangat, takut, benci semua mengelilingi diriku. Pada saat itu aku sampai pernah ingin kabur dari rumah, ingin bebas dari mereka. Karena setiap hari capek mendengar pertengkaran yang seharusnya tidak pernah aku lihat dan tidak aku rasakan.
Mereka hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sampai aku pernah dipanggil kepala sekolah, Karena raportku tidak pernah diambil orangtuaku. Melainkan ibu dari teman sekelasku. Aku terdiam seketika saat ditanya ibu kepala sekolah, karena aku takut jika aku bilang kalau kedua orangtuaku sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Malam yang tertutup oleh kabut mendung, aku berencana bilang pada mereka kalau pada hari senin pagi nanti di sekolahku mengadakan acara pertemuan antar wali murid. Dan belum ku berkata sepatah katapun, mereka sudah bertengkar. aku langsung lari ke kamar, menangis tidak ada hentinya hingga aku tertidur.
Memang sungguh malang nasibku, memiliki orangtua yang sibuk dengan urusannya sendiri. Tidak pernah peduli dengan urusan sekolahku. Aku muak dengan kehidupan yang serba ada tapi mereka tidak peduli denganku. Dan kehidupanku itu yang membuat aku lebih cepat tumbuh dewasa.
Pada saat itu aku merasa jadi anak tidak benar, karena aku sering keluar malam, minum dan lain sebagainya. Karena hanya dengan itu aku bisa melampiaskan semuanya. Aku puas, tapi saat kembali ke rumah aku bersedih dan menangis kemabli.
Semakin tahun umurku semakin bertambah, dan semakin aku tumbuh besar dan kenakalanku semakin menjadi. Saat itu sedikit demi sedikit orangtuaku memperhatikanku. Ibu bertanya padaku, “dari mana kamu, jam segini baru pulang.”
Jawabku, “memangnya apa urusanmu, aku mau mati, mau hidup memangnya kamu peduli.”
Ibu “berani-beraninya kamu tidak sopan sama orangtua, gunanya apa kamu disekolahin.”
“Selama ini memangnya ibu peduli dengan sekolahku, apa ibu tahu kalau besok ada pengambilan raport, apa ibu tahu kalau aku sudah makan, apa ibu tahu kalau aku berangkat sekolah atau tidak, apakah ibu tahu nilai sekolahku seperti apa. Ibu itu hanya memikirkan karir dan ayah, tidak pernah memikirkanku. Aku capek ya bu, setiap hari harus mendengar kalian bertengkar dengan masalah yang sepele. Aku capek bu…!!!”
“maksudmu apa, selama ini kamu tidak mengetahui kalau ayahmu itu suka bermain cewek di belakang ibu.”
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan ibu saat itu, karena dia selalu berpikiran kalau ayah bermain dengan perempuan lain, selain ibu. Aku berusaha meyakinkannya, aku kangen dengan masa di mana mereka saling sayang, memperhatikanku. Aku rindu suasana seperti itu. Tapi, sepertinya memang sudah tidak mungkin, dan akhirnya aku memutuskan pindah sekolah dan tinggal bersama nenek di desa.
Saat itulah orangtuaku mulai sadar, dengan selama ini mereka tidak memperhatikanku. tapi keputusanku untuk tinggal bersama nenek, dan mereka hidup berdua dengan rasa sayang. Sesekali aku menemui untuk mereka berdua, kedaan mereka semakin membaik dan rencana mereka akan bulan madu lagi. Pada saat itulah aku merasakan kesenangan yang selama ini ku inginkan. Orangtua bahagia dan semenjak itu nilai sekolah selalu mendapatkan yang terbaik.


Ivan Rizky Hermawan 7A/13


SAHABAT TERINDAH



        Ketika adzan subuh sayup-sayup ku dengar, aku terbangun dari tidur ku. Bergegas aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan sholat subuh. Hari ini adalah hari pertama masuk Sekolah Menengah Pertama. Semalam aku tidak bisa tidur membayangkan akan bertemu teman teman baru dari berbagai sekolah yang pasti akan berbeda dengan teman-teman Sekolah Dasar dulu.
        Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 6, sambil merapikan baju dan menyisir rambut, aku mendengar mama sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Tiba tiba terdengar mama memanggilku dri meja makan “Dik...ayo  cepat segera makan agar tidak terlambat!!” seru mamaku.
        Aku segera menyusul ke meja makan  sambil menaruh tas di ruang tengah, dimana kami biasa menonton televisi bersama. Mama dan papa sudah lebih dahulu berada di meja makan menikmati sarapan pagi dan siap-siap berangkat ke kantor yang kebetulan tidak jauh  letaknya dari sekolahku
        Sambil melahap sarapan dengan telur dadar yang keliatan sangat nikmat, pikiran ku terus berputar membayangkan apa yang akan ditemui di sekolah ku sebentar lagi. Aku memang bercita-cita masuk SMP Harapan Bunda sejak SD dan banyak juga teman-temanku yang punya cita-cita yang sama karena SMP Harapan Bunda merupakan salah satu SMP Islam yang favorite dikotaku
        Tak berapa lama kami bertiga sudah dalam perjalanan ke sekolah. Sepanjang jalan banyak kendaraan saling mendahului dan tampak terburu buru , rupanya banyak yang mengejar waktu agar tidak terlambat.
        “Biasanya memang hari Senin lalu lintas selalu padat pada jam – jam sibuk seperti ini “ Kata Papa memecah lamunanku.”Makanya lebih baik kalau berangkat lebih pagi , jalan masih sepi dan bisa lebih santai” gumam Papa.

        “Benar juga kata Papa” begitu kata dalam batinku. Akupun berjanji dalam hati untuk bangun lebih pagi besuk dan berangkat lebih pagi.
“Siap-siap Dik.. tuh sekolahmu udah tampak”Kata Mama sambil menunjuk sekolahku yang tampak megah dari kejauhan .Akupun mengambil tas dan mengalungkan ke punggungku.
Sambil masih merasakan debar-debar dag dig dug di hatiku , perlahan aku membuka pintu mobil, setelah papa mendapat tempat parkir yang sedikit agak jauh .
        Aku turun dari mobil dengan diikuti mama dibelakang yang tak tega rupanya melepaskan aku sendiri .Mama tahu kalau tidak ada teman SD ku yang seberuntung aku diterima di SMP Harapan Bunda ini.
Itulah salah satu yang membuat aku deg degan dan khawatir menghadapi hari pertama masuk sekolah .
        Terlihat sudah banyak anak-anak yang bergerombol di beberapa tempat sambil menunggu bel berbunyi.Aku melihat wajah-wajah asing yang belum pernah kenal atau ketemu sebelumnya.Beberapa terlihat menyendiri dengan orang tuanya dan tidak sedikit yang terlihat ceria berkelompok dengan gurauan-gurauan segar diantara mereka.
        Dengan maju selangkah demi selangkah dan mama dibelakangku mengikuti , aku mencuri-curi pandang pada gerombolan anak-anak yang tampak akrab diantara mereka, “ siapa tau ada yang kenal..”pikirku setengah melamun.
        “Gubrak....” aku kaget dan terhenyak ketika tiba-tiba ada anak perempuan didepanku yang karena buru-buru menabrakku hingga nyaris jatuh.
“Ma’af...ma’af... tidak apa-apa mbak” katanya, setengah khawatir melihatku sempoyongan hampir jatuh, kalau saja mama tidak sigap menahanku dari belakang.
        Setengah kaget dan masih agak bingung aku menatap perempuan yang menabrakku.” Hati-hati kalau jalan...lihat didepan jangan melamun dik” kata Mama sedikit keras.
“Ma’af tante....ma’af tante , tidak sengaja tante ma’af ya...”kata anak itu ketakutan melihat wajah Mama yang agak cemberut.
Eh...tiba-tiba saja aku teringat wajah ini...Benar sekali....! Aku hafal wajah yang selalu ceria ,imut dan hampir tiap hari selalu bermain bersama dulu.....Ya  benar...kataku dalam hati, bercampur gembira.
“Windy ya...!! Hai Win...lupa ya ma aku”kataku berbunga-bunga.
“Hah...kamu ya Sheryl..! sekolah disini juga ya “kata Windy berubah jadi ceria ketika melihat aku.
Windy adalah teman masa kecilku dan sekolah di Taman Kanak-Kanak yang sama.Kami begitu akrab dulu  bermain kemana mana dan selalu saling mendukung satu sama lain.
dan disaat harus lomba ayah Windy harus menunggu mamanya yang saat itu masuk rumah sakit, dan Papakulah yang mengantar dan Windy menang dalam lomba itu.
        Pada suatu kejadian Aku dimarahi Ibu Guru gara-gara anak bengal yang selalu usil dan menggangguku , Windylah yang berani membelaku dan membuat anak bengal itu menangis seperti cewek , padahal badannya paling besar diantara kami dan kamipun ketawa bareng ketika tahu ternyata anak itu cengeng.
        “Kamu kemana saja lama tidak ketemu setelah selesai TK dulu” kata Mama setelah aku ingatkan Windy sebagai teman taman kanak –kanak dulu.     “Kami pindah ke Surabaya tante, Papa pindah tugas mendadak jadi tidak sempat pamit”kata Windy sambil tersenyum bahagia bertemu sahabatnya lagi.
        Akupun lega, ternyata Windy sahabat kecilku yang selalu membelaku kembali satu sekolah denganku.Kamipun segera akrab kembali dan ketika bel tanda masuk berbunyi Aku dan Windy pun mantab berjalan bersama masuk ke kelas.


Salfa Diaz/7A/22

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Popular Posts