GARA-GARA RAUTA
Hai perkenalkan namaku Zara. Aku mempunyai
adik namanya Zira. Kadang – kadang kami saling akur, tapi kadang kami juga
bertengkar. Saat ini aku duduk dibangku kelas 7 SMP sedangkan
adikku duduk di bangku kelas 2 di SD.
***
Hari ini adalah hari Jum’at, aku hari ini
pulang jam 16.50 WIB dan sampai di rumah jam 17.05 WIB setelah sampai di rumah aku langsung mandi. Karena 3
hari lagi aku akan menghadapi UTS jadi setelah sholat maghrib aku menyiapkan
beberapa alat tulis. Aku sudah menyiapkan 2 buah pensil 2b dan penghapus, tapi
ada satu yang dari tadi aku cari-cari yaitu rautan. Aku sudah mencarinya di
tempat pensilku dan di meja belajarku. Sampai bingung sendiri.
“Duh.. rautannya
dimana sih? Masa di meja belajar sama di tempat pensil nggak ada?” gerutuku.
Akhirnya setelah lama mencari dan tidak
ketemu aku menanyakannya kepada adikkku.
“Zira kamu tau
rautanku dimana?”
“Ya tau lah...” kata adikku.
“Ya tau lah...” kata adikku.
“Dimana?”tanyaku.
“Hehe aku ambil,
soalnya aku lagi butuh.”
“Ya udah sekarang
mana, aku juga lagi butuh sekarang.”
“Ngga mau ah,
nanti kalo udah waktunya aja.”
“Nanti itu
kapan?”
“Hari Senin” kata
Zira sambil berjalan ke kamarnya.
“Iiih..nyebelin
banget sih”gerutuku dengan nada marah
Aku pun meletakkan alat tulis yang sudah
aku siapkan ke tempat pensil khusus. Setelah itu aku belajar dan mengerjakan pr
untuk besok.
Paginya aku tidak bicara sama sekali
dengan Zira, karena memang aku masih sebel sama Zira. Hari Sabtu Zira tidak
masuk karena memang dia libur. Aku seneng banget kalau adikku nggak masuk, jadi
ibuku hanya mengantarku seorang dan motornya jadi longgar karena Zira tidak
berangkat.
Sesampainya di sekolah aku langsung masuk
ke ruang matematika. Hari ini aku pulangnya cepet karena hari ini hanya ada 2
mata pelajaran pulang jam 10.50 WIB. Tapi tetep aja aku sampai rumah jam 14.00
WIB.
“Minggu ini cerah banget ya...”kataku pada diriku
sendiri
Hari ini aku masih tetep aja masih diem-dieman
sama Zira. Tapi pagi ini setelah sarapan aku beranikan diri untuk minta
dibelikan rautan lagi kepada ibuku.
“Bu, beliin
rautan dong.”
“Lha emang
rautanmu dimana?”
“Diambil Zira.”
“Ya udah diminta
lagi aja.”
“Udah, tapi Zira
mau ngasihnya hari senin besok.”
“Ya udah to..”
“Tapi aku
sekarang mau ngeraut.”
“Ya kan besok
bisa.”
“Ya udah deh.”
Sampai malem ini Zira belum ngasih rautan
juga. Padahal besok aku sudah mulai UTS.
Pagi ini aku berangkat sekolah dengan
peralatan yang belum lengkap sepenuhnya. Akhirnya aku berangkat lebih pagi dari
biasanya. Karena rencananya aku mau pinjem rautan temenku.
Sesampainya di sekolah aku langsung
menghampiri temanku yang mernama Martha untuk meminjam rautan.
“Tha aku pinjem
rautan dong.”
“Lha emang mau
buat apa?”
“Ya ngeraut
pensil lah....”
“Ohh.. nih...”
“Ok makasih ya.”
Setelah meraut pensil aku masuk ke ruangan
102 dan meletakkan tasku di meja. Hari ini UTS pertamanya adalah Bahasa
Indonesia. Sedangkan setelah istirahat PAI. Disela-sela istirahat aku
menyempatkan belajar untuk mapel UTS selanjutnya.
Sesampainya di rumah...
“Zira mana
rautanku, tadi aku sampe cepet-cepet minjem rautannya temenku tau...”
“Iya nanti.”
“Kamu tu nanti
nanti terus, kapan ngasihnya?”
Tiba tiba ibuku melerai
“Udah udah, Zira segera
kasihkan rautannya, lagian kamu ngga lagi UTS.”
“Kamu
tu....huuuh...” gerutuku.
“Nih Zira kamu
dikasih Om rautan, lebih bagus kan?. Sekarang rautannya kakak kembaliin
dulu...”
“Akhirnya kamu
ngembaliin juga.”
“Nih Zira. Udah
ngga usah rebutan lagi kan udah pada punya sendiri-sendiri. Sekarang pada
baikan dong.”
Kami pun baikan lagi.
“Kak maaf ya.”
“Ya.”
“Nah gitu dong.”
Kami bertiga pun berpelukan tanda kami
sudah selesai berengkarnya.
00.29 | | 0 Comments
Maafkan aku
Tema:Persaudaraan
Maafkan Aku
Dia adalah bagian dari hidupku,darahku,jantungku.Ya...dia
adalah saudaraku,lebih tepatnya dia adikku.Dia adalah satu-satunya adikku yang
selalu menghiasi hari-hariku dengan senyumannya,tawa,dan
candaannya.Adik yang selalu memberiku semangat, seseorang yang selalu menghapus
air mataku jika aku menangis,dan dia sebagai tempat curhatku.
Hari
Rabu siang,sehabis pulang sekolah,seperti biasa,aku aku langsung menuju ke meja
makan untuk mengambil sebuah toples yang berisi kripik singkong dan membawanya
ke ruang keluarga.
“Loh
kak,kok langsung makan?Kan ganti baju dulu sama cuci tangan...nanti sakit
loh..”Ujar adikku sambil duduk disofa.
“Tapi
tanganku sudah bersih”Ujarku.
“Kak,kakak seharusnya bersyukur
sudah kuingatkan...”Ujarnya dan mulai berbisik “Daripada mama yang mengingatkan
kakak...”
Klek!
“Waduh...bahaya...mama...”Ujarku
panik sambil menaruh toples berisi kripik singkok diatas meja
“Wah sudah ada Lisa dan Lily ya?Loh
kok sudah duduk disofa,disitu juga sudah ada kripik singkong?”Tanya mamaku
curiga,kulihat sepertinya ia akan mengeluarkan emosinya.Maklum,aku sudah
diingatkan berkali-kali oleh mama agar segera berganti baju dan cuci
tangan,tapi aku tidak menurut.
“A,anu ma...tadi...”
“Tadi kakak ngambil toples kripik
singkong buat nanti biar kakak habis ganti baju langsung makan...”Ujar adikku
sambil mengedipkan sebelah matanya kearah aku.
“Ok...nah sekarang ganti baju
dulu ya...”Ujar mamaku yang emosinya mulai meredup.
Aku dan Lily hanya mangangguk dan
langsung kekamarku dan Lily dilantai atas.
“Dek,makasih ya...sudah bantuin
aku...”Ujarku sambil menutup pintu kamarku.
“Hahaha...gak
usah terima kasih kak Lisa...itu sudah menjadi tugasku sebagai seorang
adik...”Ujarnya sambil tersenyum tulus.Senyuman tulusnya terlihat lagi membuat
aku selalu bersemangat untuk mencubitnya.
Esoknya
merupakan hari yang besarku,lebih tepatnya yang ke-2,yaitu upacara pelepasan
bagi siswa yang mengikuti lomba di Solo.Aku sudah berada diposisiku sesuai yang
diatur oleh guruku.Dari kejauhan,kulihat adikku,Lily,melambaikan tangannya
kearahku.Kubalas lambaiannya dangan lambaianku.Akhirnya aku dan teman-temanku
yang ikut lomba dipinta untuk maju ke tengah lapangan sekolah.Aku tidak tahu
untuk apa aku dan teman-temanku dipinta untuk maju ke tengah lapangan yang
dikelilingi oleh sekian ratus siswa yang membuat tubuhku bergemetar,mungkin
sekedar memanggil siswa-siswa yang ikut lomba dan mengucapkan ‘Selamat dan
sukses’ atau memberikan jaket dari sekolah dan pin,entahlah...Saat aku berada
ditengaah-tengah seluruh murid disekolahku,Aku melihat Lily
menggoyangg-goyangkan mulutnya kearahku,mungkin dia berusaha mengucapkan
‘Semangat kak’.Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.Setelah selesai
upacara,Lily langsung menghampiriku.
“Hai
kak rompi sama topi dari sekolah keren kak...”Ujar Lily sambil tersenyum.
“Hahaha...makasih
dek...”Ujarku.
“Kak
boleh kupinjam topinya?”Tanya Lily yang terlihat malu-malu.
“Ya
ampun...ya boleh lah,inikan topiku dan topimu dek...”Ujarku.
“Hahaha...makasih
kak...”Ujar adikku sambil mengambil topi yang ada yamg ada dikepalaku dan
memakainya,kemudian dia mulai menghela napas ”Kak...aku ingin
sepertimu,pintar...jadi bisa ikut lomba-lomba...”
“Ya
ampun dek...kamu itu pintar...cuman sekarang kamu belum ditunjuk untuk mewakili
sekolah...kakak yakin,cepat atau lambat kamu akan ikut lomba...”Ujarku.
“Semoga...jika
Allah berkehendak...”
“Maksudmu
dek?”
“hahaha
lupakan saja kak...sampai jumpa...oya,ini topinya makasih ya...”Ujar Lily
sambil mengembalikan topiku.
Aku
hanya memandangnya dengan raut muka kebingungan.Maksudnya apa?pertayaan itu selalu muncul dikepalaku,sampai...pulang
sekolah.Sesampai dirumah,niatku untuk menanyakan maksudnya mengatakan ‘Jika
Allah berkehendak’ tidak jadi,karena dia memintaku untuk untuk menjelaskan
proses pernapasan,mau tidak mau aku harus menjelaskan karena dia memohon dengan
tatapan andalannya.
Malamnya,adikku
sakit,entah apa penyebabnya tiba-tiba saja perutnya mengembung seperti orang
yang kembung.Aku dan mamaku sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada
Lily,apalagi papa belum pulang kerja karena meminta surat ijin untuk pergi ke
Solo sekaligus mengantarku kesana.
“Aku
baik-baik saja...”Hanya itu yang dikatakannya saat kami bertanya apakah dia baik-baik
saja.Karena keadaan Lily semakin parah,akhirnya mamaku membawanya ke dokter
terdekat,sementara aku hanya dirumah untuk menjaga rumah.Sepi.Hening.Akhirnya
terdengar suara mobil.Ternyata mama.Mama langsung membawa Lily ke kamar ortu
kami.
“Ma...bagaimana
mama menceritakan pertama kali mama bertemu dengan papa,mungkin dengan cara itu
Lily akan membaik...”Ujarku sambil mengedipkan sebelah mataku kearah Lily.Lily
langsung tersenyum dan mengangguk semangat.
“Baiklah...Jadi
sewaktu...”
Esoknya,Lily
mulai membaik,aku,Lily dan ortuku langsung berangkat menuju stasiun kereta api.
Sesampai
di Solo,aku dan rombongan sekolah langsung ke hotel.Sorenya,kondisi
Lily,adikku,semakin parah dan akhirnya harus dibawa kerumah sakit.
“Dek...kamu
cepet sembuh ya...”Ujarku sambil menahan air mata.
“Kak
Lisa jangan sedih dong...saat ini kakak harus jadi penyemangatku,jadi jangan
sedih...”Ujarnya.Lalu kupeluk dia dan dia berbisik “Kakak harus tegar...”
Lalu
kulepas pelukanku.Kulihat Lily sedang berusaha mengambil tas gendong yang
selalu ia bawa.Melihat hal itu,papa langsung mengambil tas gendong
Lily,sementara mama sudah tidak berdaya karena melihat sakitnya penderitaan
Lily.Saat papa memberinya tas gendongnya,Lily hanya tersenyum tulus lalu dia
mengeluarkan sesuatu.
“Kak
liontin ini untuk kakak,sudah lama aku menyimpannya,sudah saatnya aku
memberikan liontin ini kepada kakak...”Ujarnya sambil membuka liontin
tersebut.Ternyata liontin tersebut ada isinya.Lalu dia memberikan kepadaku.
“Kakak
masih ingat kan foto ini?”Tanyanya.
“Tentu
saja aku ingat,foto ini sewaktu kita ada di paris,tempat kelahiran mama...Bulan
Desember lalu”Ujarku sampai mengusap air mataku.Lily hanya mengangguk
“Jika
kakak kangen sama aku,kakak bisa melihatku lewat foto
ini...jadi,pakailah...”Ujarnya.Lalu kupakai liontin pemberiannya.Setelah itu
kucium keningnya
“Berusahalah
untuk sembuh Lil...”
“Akan
kuusahakan kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.
Jam
18.00.Papaku menitipkan aku kepada guru pendampingku,Ms.Eryca,karena papa dan
mama harus mengantar Lily ke rumah sakit.Saat magrib tiba aku dan teman-temanku
shalat magrib berjamah.setelah selesai shalat,aku memohon kepada Allah agar
Lily diberikan kesembuhan.
Jam
18.30.Deg!Tiba-tiba perasaanku tidak enak.Karena tidak kuat aku
langsung duduk sambil memegang dada sebelah kiriku.Lily...ada apa
denganmu?
Selamat tinggal kak...
“Lily?”Bisikku.
Tiba-tiba
Ms.Eryca masuk tengan tatapan sedih.Lalu ia menghampiriku dan memegang
tanganku.
“Lisa
sayang...besok kamu tidak bisa ikut lomba...karena...karena...”Ms.Eryca
terhenti karena menangis.
“Kenapa
Ms.Eryca?”tanyaku khawatir.
“Karena
adikmu,Lily dia sudah...sudah...dipanggil oleh...Allah...”Ujar Ms.Eryca sambil
menangis
Sontak
aku kaget sambil mengucapkan ‘innalilahi wainnailaihi roji’un’ .Tangisanku
langsung pecah karena tidak dapat kutanggul.Ms.Eryca langsung memelukku seraya
berkata ‘Kamu harus tegar!Lily sudah bahagia disana...’.Disela pelukan
Ms.Eryca,aku memegang liontin pemberiannya.
Jadi ini maksudnya?
‘jika Allah berkehendak’?Maksud dari ‘sudah saatnya aku memberikan liontin ini
kepada kakak’?Dan ini jawaban mengapa aku dan Lily akhir-akhir ini jarang untuk
berdebat? Malam ini aku merasa semua
pertanyaanku terjawab sudah.Tidak ada jawaban darinya.Hanya sebuah kejadian
yang membuat separu jiwaku melayang,sudah menjadi jawaban atas semua pertanyaan
yang ada diisi hatiku.
“Ms.Eryca,aku
ingin kerumah sakit yang merawat Lily,sekarang...”Ujarku dengan suara lemah
karena menangis.
“Tapi
nak...”
“Kumohon...”
Ms.Eryca
hanya mengangguk dan mengantarku kesana.
Sesampai
disana,aku melihat mama menangis tersedu-sedu dengan dikelilingi oleh banyak
orang,aku langsung memeluknya.
“Lisa...Lily
be-belum meninggal,di-dia masih o-pe-ra-si...”Ujar mama tersedu-sedu.
“Aku
tahu mama...tapi mama harus minum dulu...”Ujarku dengan nada yang lembut.
“Tapi
mama mau Lily dulu yang minum...”
“Iya,tapi
mama dulu,nanti akan kuberi,itu adalah janjiku...”
Akhirnya,mama
menerima tawaran dariku.Setelah beberapa menit,jasad Lily dikeluarkan dari
ruang ICU.Hanya kain putih yang menutupinya.
Jam
23.00,Lily dibawa ke Semarang,karena Lily akan dimakamkan disana,tempat
kelahiran papa.Kulihat mama digotong oleh 6 orang karena pingsan untuk dibawa
ke dalam mobil.
Jam
10.00,Lily dimakamkan.Aku hanya bisa mengucapkan ‘Selamat tinggal’ kepadanya
samabil meneteskan air mata.
“Lily,itukah
kamu?”
“Ya
kak,ini aku...”Ujarnya sambil tersenyum lembut.
“Lily...kenapa
kamu meninggalkanku?Aku masih menyayangimu Lil...”Ujarku sambil menangis.
“Maafkan
aku kak...aku tidak bisa berbuat apa-apa...Ini sudah menjadi garis hidupku
kak...Ini sudah diatur oleh Allah...”
“Lily...A-aku..tidak
bisa hidup tanpamu...”Ujarku sambil menangis tersedu-sedu.Lalu Lily mengambil
satu langkah kemudian ia memegang pipi sebelah kananku dengan tangan kanannya.
“Kakak
pasti bisa...Kakak itu tidak hidup tanpaku...melainkan kakak hidup denganku
kak...Aku selalu berada di hatimu kak Lis...”Ujar Lily sambil tersenyum.”Kakak
harus tegar...”
“Lil...Maafkan
aku...jika aku ada salah...”Ujarku sambil menangis.
“Kesalahan
kakak sudah kumaafkan sejak dulu kak...”Ujarnya.”Aku harus pergi sekarang...”
Aku
langsung memeluknya.
“Aku
akan merindukanmu Lil...”Ujarku,isak tangisku mulai mengeras.
“Aku
tahu kak...aku akan merindukanmu juga kak Lis...”Tiba-tiba sebuah sinar yang
sangat menyilaukan muncul.”Kakak harus tegar...”
Semakin
lama,sinar tersebut bertambah besar membuatku tidak dapat melihat Lily.
Sinar
pagi mulai menerpa wajahku.Aku langsung terbangun.Sangat jelas mimpiku semalam
diingatanku.Aku hanya tersenyum saat mengingat kembali mimpi tersebut.Kubuka
liontin tersebut.Terdapat fotoku dan Lily saat didepan ‘Eiffel Tower’ bulan
Desember lalu.
Dia sudah
memaafkanku...Sekali lagi Lil...Maafkan aku...
By:Nabilla Nuraqiila Ershanti. 7A/18
03.30 | | 0 Comments
Bantulah Temanmu
Pelajaran olah raga hari ini
begitu mengasyikan dan juga melelahkan. Anak-anak kelas disuruh untuk berlari
sepanjang tiga kilometer keluar sekolah dan tiga kilometer menuju sekolah.
Tak terasa sudah setengah
perjalanan. Sang guru mempersilakan murid-muridnya untuk beristirahat terlebih
dahulu. Air minum sebagai bekal anak-anak kelas sudah hampir habis, kecuali
Fisya yang memiliki persediaan air lebih
banyak daripada teman-temannya.
“Fisya, boleh minta air minummu,
tidak? Aku haus sekali, air minumku habis.” Pinta Farah.
“Duh, aku juga jadi haus, nih.”
Kata Fisya ysmg kemudian meminum air minumnya. Farah terdiam karena Fisya tidak
memberi jawaban padanya.
“Fis, boleh minta air minummu,
tidak?” Tanya Farah lagi.
“Tapi minumku tinggal sedikit, tidak
papa?” Ucap Fisya.
“Tidak papa, aku hanya akan minta
air sedikit.” Jawab Farah yang mulai tersenyum.
“Baiklah, tapi aku minum dulu
sebentar.” Kata Fisya.
Fisya menganggukkan kepala dan
menunggu gilirannya untuk minum. Senyumnya mengembang karena ia akan
menghilangkan rasa haus yang ia rasakan saat perjalanan tadi.
“Gimana kalau kamu minta minum ke
teman lain saja? Minumku sudah habis. Tadi aku haus sekali sehingga aku
habiskan. Tidak papa ya?” Kata Fisya yang membuat Farah menghilangkan senyumnya
dan meninggalkannya.
Walaupun tempat minumnya kecil,
ternyata Zahra masih punya persediaan air minum yang cukup banyak karena ia
hemat air. Mengetahui hal itu, teman-temannya, salah satunya Farah, mendatanginya
untuk meminta minum. Karena terlalu banyak yang minta air minum, air minumnya
habis dan ia tidak kebagian. Namun dia tetap tersenyum ikhlas dan mengiyakan
permohonan maaf dari teman-temannya.
Sang guru menghentikan waktu
istirahat para muridnya dan melanjutkan perjalanan.
Ketika mau sampai di sekolah, anak-anak
dengan napas terengah-engah mengucapkan kalimat tahmid bersama. Zahra dan Fisya
berlari sebelahan, dan merek terjatuh karena kelelahan pada waktu yang sama.
Anak-anak kelas langsung membantu
Zahra untuk berdiri lagi dan mengantarkannya ke ruang UKS, sementara Fisya
hanya dibantu oleh tiga orang yan belum mengetahui sifatnya.
Ruang UKS begitu penuh karena
anak-anak kelas yang melingkari kasur yang Zahra gunakan untuk membaringkan
diri. Bahkan mereka tidak sadar bahwa
Fisya juga terjatuh dan dibawa juga ke UKS, tapi yang membantu hanya tiga
orang temannya.
Untuk mengurangi tingkat kepenuhan
di ruang UKS, guru hanya membolehkan satu anak untuk menemani Zahra dan Fisya,
dan yang ditunjuk adalah Farah.
Farah terdiam menatap Zahra yang
sedang berbaring. Fisya merasa sepi karena ia tahu pasti Farah marah dengannya.
“Far, maafin aku, ya.” Ucap Fisya.
Farah diam saja dan hanya menatap
Zahra.
“Far, maaf, ya.” Tegas Fisya.
“Ya.”
“Aku tidak akan melakukan hal yang
sama seperti tadi.” Janji Fisya untuk berubah.
Walaupun Fisya tidak memberi keterangan tentang alasan mengapa ia minta maaf, tapi Farah tetap memaafkan
karena ia tentu tahu alasannya. Senyum tulus mengembang di bibir Farah yang
kemudian dibalas oleh Fisya. Zahra yang mendengarkan percakapan mereka menjadi
tersenyum sambil memejamkan mata.
Karya: Nabila Rahmananda Komara 7A/16
16.37 | | 0 Comments
Cerita masalalu ku
Sering kali aku
mendengar pertengkaran kedua orangtuaku. Setiap aku pulang berangkat sekolah,
selalu dikelilingi dengan kekicauan mereka. Dan itu membuat sekolahku hancur,
rasa tidak semangat, takut, benci semua mengelilingi diriku. Pada saat itu aku
sampai pernah ingin kabur dari rumah, ingin bebas dari mereka. Karena setiap
hari capek mendengar pertengkaran yang seharusnya tidak pernah aku lihat dan
tidak aku rasakan.
Mereka hanya sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing, sampai aku pernah dipanggil kepala sekolah,
Karena raportku tidak pernah diambil orangtuaku. Melainkan ibu dari teman
sekelasku. Aku terdiam seketika saat ditanya ibu kepala sekolah, karena aku
takut jika aku bilang kalau kedua orangtuaku sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Malam yang tertutup oleh
kabut mendung, aku berencana bilang pada mereka kalau pada hari senin pagi
nanti di sekolahku mengadakan acara pertemuan antar wali murid. Dan belum ku
berkata sepatah katapun, mereka sudah bertengkar. aku langsung lari ke kamar,
menangis tidak ada hentinya hingga aku tertidur.
Memang sungguh malang
nasibku, memiliki orangtua yang sibuk dengan urusannya sendiri. Tidak pernah
peduli dengan urusan sekolahku. Aku muak dengan kehidupan yang serba ada tapi
mereka tidak peduli denganku. Dan kehidupanku itu yang membuat aku lebih cepat
tumbuh dewasa.
Pada saat itu aku merasa
jadi anak tidak benar, karena aku sering keluar malam, minum dan lain
sebagainya. Karena hanya dengan itu aku bisa melampiaskan semuanya. Aku puas,
tapi saat kembali ke rumah aku bersedih dan menangis kemabli.
Semakin tahun umurku
semakin bertambah, dan semakin aku tumbuh besar dan kenakalanku semakin
menjadi. Saat itu sedikit demi sedikit orangtuaku memperhatikanku. Ibu bertanya
padaku, “dari mana kamu, jam segini baru pulang.”
Jawabku, “memangnya apa urusanmu, aku mau mati, mau hidup memangnya kamu peduli.”
Ibu “berani-beraninya kamu tidak sopan sama orangtua, gunanya apa kamu disekolahin.”
“Selama ini memangnya ibu peduli dengan sekolahku, apa ibu tahu kalau besok ada pengambilan raport, apa ibu tahu kalau aku sudah makan, apa ibu tahu kalau aku berangkat sekolah atau tidak, apakah ibu tahu nilai sekolahku seperti apa. Ibu itu hanya memikirkan karir dan ayah, tidak pernah memikirkanku. Aku capek ya bu, setiap hari harus mendengar kalian bertengkar dengan masalah yang sepele. Aku capek bu…!!!”
“maksudmu apa, selama ini kamu tidak mengetahui kalau ayahmu itu suka bermain cewek di belakang ibu.”
Jawabku, “memangnya apa urusanmu, aku mau mati, mau hidup memangnya kamu peduli.”
Ibu “berani-beraninya kamu tidak sopan sama orangtua, gunanya apa kamu disekolahin.”
“Selama ini memangnya ibu peduli dengan sekolahku, apa ibu tahu kalau besok ada pengambilan raport, apa ibu tahu kalau aku sudah makan, apa ibu tahu kalau aku berangkat sekolah atau tidak, apakah ibu tahu nilai sekolahku seperti apa. Ibu itu hanya memikirkan karir dan ayah, tidak pernah memikirkanku. Aku capek ya bu, setiap hari harus mendengar kalian bertengkar dengan masalah yang sepele. Aku capek bu…!!!”
“maksudmu apa, selama ini kamu tidak mengetahui kalau ayahmu itu suka bermain cewek di belakang ibu.”
Aku tidak tahu apa yang
dipikirkan ibu saat itu, karena dia selalu berpikiran kalau ayah bermain dengan
perempuan lain, selain ibu. Aku berusaha meyakinkannya, aku kangen dengan masa
di mana mereka saling sayang, memperhatikanku. Aku rindu suasana seperti itu.
Tapi, sepertinya memang sudah tidak mungkin, dan akhirnya aku memutuskan pindah
sekolah dan tinggal bersama nenek di desa.
Saat itulah orangtuaku
mulai sadar, dengan selama ini mereka tidak memperhatikanku. tapi keputusanku
untuk tinggal bersama nenek, dan mereka hidup berdua dengan rasa sayang.
Sesekali aku menemui untuk mereka berdua, kedaan mereka semakin membaik dan
rencana mereka akan bulan madu lagi. Pada saat itulah aku merasakan kesenangan
yang selama ini ku inginkan. Orangtua bahagia dan semenjak itu nilai sekolah
selalu mendapatkan yang terbaik.
Ivan Rizky Hermawan 7A/13
16.14 | | 0 Comments
SAHABAT TERINDAH
Ketika adzan subuh sayup-sayup ku dengar, aku terbangun dari
tidur ku. Bergegas aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan sholat
subuh. Hari ini adalah hari pertama masuk Sekolah Menengah Pertama. Semalam aku
tidak bisa tidur membayangkan akan bertemu teman teman baru dari berbagai
sekolah yang pasti akan berbeda dengan teman-teman Sekolah Dasar dulu.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 6, sambil merapikan
baju dan menyisir rambut, aku mendengar mama sibuk menyiapkan sarapan di dapur.
Tiba tiba terdengar mama memanggilku dri meja makan “Dik...ayo cepat segera makan agar tidak terlambat!!”
seru mamaku.
Aku segera menyusul ke meja makan sambil menaruh tas di ruang tengah, dimana
kami biasa menonton televisi bersama. Mama dan papa sudah lebih dahulu berada
di meja makan menikmati sarapan pagi dan siap-siap berangkat ke kantor yang
kebetulan tidak jauh letaknya dari
sekolahku
Sambil melahap sarapan dengan telur dadar yang keliatan
sangat nikmat, pikiran ku terus berputar membayangkan apa yang akan ditemui di
sekolah ku sebentar lagi. Aku memang bercita-cita masuk SMP Harapan Bunda sejak
SD dan banyak juga teman-temanku yang punya cita-cita yang sama karena SMP
Harapan Bunda merupakan salah satu SMP Islam yang favorite dikotaku
Tak berapa lama kami bertiga sudah dalam perjalanan ke
sekolah. Sepanjang jalan banyak kendaraan saling mendahului dan tampak terburu
buru , rupanya banyak yang mengejar waktu agar tidak terlambat.
“Biasanya memang hari Senin lalu lintas selalu padat pada jam
– jam sibuk seperti ini “ Kata Papa memecah lamunanku.”Makanya lebih baik kalau
berangkat lebih pagi , jalan masih sepi dan bisa lebih santai” gumam Papa.
“Benar juga kata Papa” begitu kata dalam batinku. Akupun
berjanji dalam hati untuk bangun lebih pagi besuk dan berangkat lebih pagi.
“Siap-siap Dik.. tuh
sekolahmu udah tampak”Kata Mama sambil menunjuk sekolahku yang tampak megah
dari kejauhan .Akupun mengambil tas dan mengalungkan ke punggungku.
Sambil masih merasakan
debar-debar dag dig dug di hatiku , perlahan aku membuka pintu mobil, setelah
papa mendapat tempat parkir yang sedikit agak jauh .
Aku turun dari mobil dengan diikuti mama dibelakang yang tak
tega rupanya melepaskan aku sendiri .Mama tahu kalau tidak ada teman SD ku yang
seberuntung aku diterima di SMP Harapan Bunda ini.
Itulah salah satu yang
membuat aku deg degan dan khawatir menghadapi hari pertama masuk sekolah .
Terlihat sudah banyak anak-anak yang bergerombol di beberapa
tempat sambil menunggu bel berbunyi.Aku melihat wajah-wajah asing yang belum
pernah kenal atau ketemu sebelumnya.Beberapa terlihat menyendiri dengan orang
tuanya dan tidak sedikit yang terlihat ceria berkelompok dengan gurauan-gurauan
segar diantara mereka.
Dengan maju selangkah demi selangkah dan mama dibelakangku
mengikuti , aku mencuri-curi pandang pada gerombolan anak-anak yang tampak
akrab diantara mereka, “ siapa tau ada yang kenal..”pikirku setengah melamun.
“Gubrak....” aku kaget dan terhenyak ketika tiba-tiba ada
anak perempuan didepanku yang karena buru-buru menabrakku hingga nyaris jatuh.
“Ma’af...ma’af... tidak
apa-apa mbak” katanya, setengah khawatir melihatku sempoyongan hampir jatuh,
kalau saja mama tidak sigap menahanku dari belakang.
Setengah kaget dan masih agak bingung aku menatap perempuan
yang menabrakku.” Hati-hati kalau jalan...lihat didepan jangan melamun dik”
kata Mama sedikit keras.
“Ma’af tante....ma’af tante
, tidak sengaja tante ma’af ya...”kata anak itu ketakutan melihat wajah Mama
yang agak cemberut.
Eh...tiba-tiba saja aku
teringat wajah ini...Benar sekali....! Aku hafal wajah yang selalu ceria ,imut
dan hampir tiap hari selalu bermain bersama dulu.....Ya benar...kataku dalam hati, bercampur gembira.
“Windy ya...!! Hai
Win...lupa ya ma aku”kataku berbunga-bunga.
“Hah...kamu ya Sheryl..!
sekolah disini juga ya “kata Windy berubah jadi ceria ketika melihat aku.
Windy adalah teman masa
kecilku dan sekolah di Taman Kanak-Kanak yang sama.Kami begitu akrab dulu bermain kemana mana dan selalu saling
mendukung satu sama lain.
dan disaat harus lomba ayah
Windy harus menunggu mamanya yang saat itu masuk rumah sakit, dan Papakulah
yang mengantar dan Windy menang dalam lomba itu.
Pada suatu kejadian Aku dimarahi Ibu Guru gara-gara anak
bengal yang selalu usil dan menggangguku , Windylah yang berani membelaku dan membuat
anak bengal itu menangis seperti cewek , padahal badannya paling besar diantara
kami dan kamipun ketawa bareng ketika tahu ternyata anak itu cengeng.
“Kamu kemana saja lama tidak ketemu setelah selesai TK dulu”
kata Mama setelah aku ingatkan Windy sebagai teman taman kanak –kanak dulu. “Kami pindah ke Surabaya tante, Papa pindah
tugas mendadak jadi tidak sempat pamit”kata Windy sambil tersenyum bahagia
bertemu sahabatnya lagi.
Akupun lega, ternyata Windy sahabat kecilku yang selalu
membelaku kembali satu sekolah denganku.Kamipun segera akrab kembali dan ketika
bel tanda masuk berbunyi Aku dan Windy pun mantab berjalan bersama masuk ke
kelas.
Salfa Diaz/7A/22
08.02 | | 0 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
Entri Populer
-
Namaku Ayana, aku mempunyai seorang kakak perempuan bernama Kak Rena. Aku sering banget berantem sama Kak Rena, mungkin gara-gara kita sama...
-
teks eksposisi:Karakter Remaja Islami oleh:yunus akbar surya putra (yunus/7 A/26) Pada saat ini karakter remaja islami sudah luntur ,b...
-
oleh : M.Haidar Ulin Naja VIIA/15 Kebersihan Lingkungan SPALZA PATLAS Lingkungan SMP AL AZHAR 14 kini menjadi pertanyaan ! Kebersih...
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2014
(43)
-
▼
Maret
(22)
- GARA-GARA RAUTA
- Maafkan aku
- Bantulah Temanmu
- Cerita masalalu ku Sering kali aku mendengar p...
- SAHABAT TERINDAH
- KADO UNTUK MAMA
- ...
- Sahabat Sebenarnya
- Lucky Bracelet
- Sahabat saling Membantu Sabtu ini, c...
- Mimpi si Insomnia
- CERPEN BUDI DAN ANDI
- SI PINTAR
- LINGKUNGAN BERSIH Pada suatu hari ada 3...
- Ayo Menabung
- cerpen
- Pengusaha Ayam
- Hari – Hari Pertamaku Aku berdi...
- ...
- ...
- SAHABATMU - CERPEN PERSAHABATAN
- <!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[if...
-
▼
Maret
(22)
Popular Posts
-
Namaku Ayana, aku mempunyai seorang kakak perempuan bernama Kak Rena. Aku sering banget berantem sama Kak Rena, mungkin gara-gara kita sama...
-
teks eksposisi:Karakter Remaja Islami oleh:yunus akbar surya putra (yunus/7 A/26) Pada saat ini karakter remaja islami sudah luntur ,b...
-
oleh : M.Haidar Ulin Naja VIIA/15 Kebersihan Lingkungan SPALZA PATLAS Lingkungan SMP AL AZHAR 14 kini menjadi pertanyaan ! Kebersih...
-
Oleh : Juventia Amanda(7A / 21) Banjir adalah salah satu bencana alam yg disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung ...